Jumat, 13 Juni 2014

PENDIDIKAN UNTUK MUTU SUMBER DAYA MANUSIA



PENDIDIKAN UNTUK MUTU SUMBER DAYA MANUSIA (SDM).

Agomagapuyee Jumat : 12 Juni 2014 Oleh Herman Agapa, S.Ip

Pengalaman dan Pengamatan selama 7 (Tujuh) tahun lebih dari Tahun 2007/2008 sampai tahun 2014/2015 menjadi Guru Bantu di SMP Negeri 1 Kamuu Utara – Distrik Kamuu Utara – Kabupaten Dogiyai, bahwa Animo yang berkembang di masyarakat mengindikasikan adanya kecenderungan orang tua untuk memasukkan anak-anaknya ke sekolah yang bermutu  sebagai upaya untuk membangun masa depan anaknya yang prospektif. Beranjak dari Anomo masyarakat itulah membuat Penulis meneliti dengan pertanyaan ”Bagaimana dapat mewujudkan sekolah bermutu ?”. pertanyaan inilah membuat Penulis mengambil Judul : Pendidikan Untuk Mutu Sumber Daya Manusia (SDM).
         
Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Karena perkembagan dan kemajuan suatu bangsa dapat diukur melalui tingkat kualitas pendidikan dan tingkat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam memenuhi harapan-harapan tentang apa yang dapat dimiliki oleh Peserta Didik setelah keluar dari sekolah. Harapan itu sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh orang tua Peserta Didik, Pemerintah, Masyarakat, bahkan oleh Peserta Didik itu sendiri yaitu sejauh mana Output sekolah itu memiliki kemampuan Intelektual, Moral yang baik, dan Ketrampilan yang dapat berguna bagi diri sendiri, Keluarga, masyarakat dan juga pemerintah.
         
Untuk memenuhi harapan, orang tua dengan susah paya memasukkan anak-anaknya ke sekolah sebagai upaya untuk membangun masa depan anak yang prospektif. Berbagai upaya mereka lakukan agar harapan tersebut bisa terealisasi bahkan sejumlah biaya mereka siapkan manakala mereka harus memenuhi persyaratan finansialnya. Harapan orang tua agar anaknya masuk sekolah di sekolah yang bermutu, memperoleh Ilmu Pengetahuan dan Ketrampilan yang memadai. Sehingga ketika keluar dari sekolah mempunyai bekal yang cukup untuk mrngimplementasikannya.

          Profil sekolah bagaimanakah yang mendapat kepercayaan dari masyarakat member label sekolah bermutu ?. Untuk menjawab pertanyaan ini penjabarannya cukup kompleks. Disatu sisi ada sejumlah sekolah yang sudah memiliki label paten sebagai sekolah bermutu sehingga upaya untuk membangun Animo masyarakat relative tidak sulit. Namun disisi lain bagi Institusi sekolah yang sementara masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat, terkesan sangat rumit untuk bisa mendapatkan predikat sebagai sekolah bermutu.

          Secara sederhana untuk member label apakah suatu sekolah dikatakan bermutu atau tidak sebenarnya dapat dilihat dari Internal sekolahnya. Ujung tombak dari ketercapaian internal sekolah oleh suatu sekolah menuju sekolah yang bermutu terletak pada sejauh mana Pemberdayaan Guru, sejauh mana Guru termotivasi untuk semangat mengabdi, merasa nyaman didalam lingkungan sekolah dan kerjanya, demikian pula seberapa besar pengakuan atas Guru sebagai pribadi yang memiliki kemampuan yang luar biasa. Semua ini dapat dicapai melalui pendekatan yang lebih ”Manusiawi”. Hal ini berlaku bagi Peserta Didik dan Karyawan yang ada di sekolah.

          Sekolah bermutu adalah sekolah yang mampu mewujudkan Peserta Didik yang bermutu, yang sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu Manusia yang cerdas, trampil, beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki kepribadian yang baik. Target tersebut dapat dicapai oleh sekolah mana saja, bisa yang berada di kota maupun yang berada di daerah pinggiran kota bahkan di daerah terpencil.

          Sejauh mana pembenaan dan sistem pengendalian kedalam yang dilakukan oleh sekolah sangat menentukan pencapaian target yang dimaksud. Perioritas utama yang sebaiknya ditujuh dalam sistem pengendalian adalah factor manusia secara kelembagaan, dalam hal ini Tenaga Pendidik (Guru) dan Tenaga Kependidikan (Karyawan). Karena bagaimanapun juga tampa adanya Manusia yang andal akan disangsikan tingkat pencapaian keberhasilannya.

          Teraktualisasinya sebuah sistem kerja yang professional akan sangat menentukan arah yang jelas menuju sekolah yang bermutu. Ketika optimalisasi terhadap sumber daya yang dimiliki oleh suatu sekolah diberdayakan maka bukan sesuatu yang mustahil sekolah tersebut bisa memiliki internal sekolah yang Valuable (Bernilai). Adapun sumber daya yang paling utama untuk diberdayakan adalah Sumber Daya Manusia (SDM) : Guru (Tenaga Pengajar), Karyawan (TU), dan Peserta Didik.

          Kaitannya dengan pemberdayaan SDM seyogyanya harus diperhatikan segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat-sifat manusia, faktor kejiwaan, Kepuasan kerja, Kenyamanan kerja, Mativasi, Inovasi, Kreatifitas, Loyalitas, Kestabilan jiwa, Cooperative, Reward, Punishment, dan Optimisme. Optimism yang dimaksud adalah kesadaran bahwa setiap individu yang berada di dalam sekolah masing-masing memiliki potensi diri yang luar biasa. Setiap Guru adalah luar biasa, setiap Karyawan adalah luar biasa, demikian pula Peserta Didik sesungguhnya tidak ada yang bodoh, hanya ada foktor penyebabnya, yaitu (1). Metode pengajaran dari Guru yang keliru. (2). Terbatasnya waktu/jam mengajar. (3). Tinggi rendahnya prestasi yang diraih oleh Peserta Didik dikarenakan adanya perbedaan konsep diri, yaitu Anak yang prestasinya baik sangat dimungkinkan karena dia sudah menemukan konsep dirinya, sudah bisa menikmati nyamannya belajar, dan sudah bisa mengatur waktu belajar dengan baik. (4). Sebaliknya, anak yang prestasinya rendah dimungkinkan karena dia tidak menemukan konsep dirinya; sudah tidak bisa mengatur waktu belajar dengan baik.

          Untuk menemukan upaya pencapaian sekolah bermutu, sekaligus menjawab secara detail pertanyaan awal tulisan ini. Penulis merujukan pada pemikiran Edward Sallis, Sudarwan Damin (2006) mengidentifikasi Ciri-ciri sekolah bermutu, yaitu: (1). Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal. (2). Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul, dengan Komitmen untuk bekerja secara benar dari awal. (3). Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusia (SDM)nya, sehingga terhindar dari berbagai ”Kerusakan Psikologis” yang sangat sulit memperbaikinya. (4). Sekolah memiliki strategi untuk mencapai Kualitas, baik di tingkat Pimpinan, Tenaga akademis, maupun Tenaga Administratifnya. (5). Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai Instrumen (Alat) untuk berbuat benar pada masa berikutnya. (6). Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai Kualitas, baik untuk jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. (7). Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya. (8). Sekolah mendorong orang dipandang memiliki kreativitas, mampu menciptakan Kualitas dan meransang yang lainnya agar dapat bekerja secara berkualitas. (9). Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang, termasuk kejelasan arah kerja secara vertical dan horizontal. (10). Sekolah memiliki strategi dan criteria evaluasi yang jelas. (11). Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut. (12). Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja. (13). Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai suatu keharusan.

Agomagapuyee Jumat, 11 Juni 2014

By Herman Agapa, S.Ip

Tidak ada komentar: