PERKEMBANGAN
BIOPSIKOLOGIS MANUSIA
Agomagapuyee
Sabtu, 08 Juni 2014.
Oleh
Herman Agapa, S.Ip
Dalam mempelajari Perkembangan Manusia
dan makhluk-makhluk lain pada umumnya, kita harus membedakan dua hal yaitu
Proses Perkembangan dan Proses Belajar. selain itu masih ada hal ketiga yang
mempengaruhi Perkembangan Manusia yaitu Pembawaan atau Bakat.
Pematangan berarti Proses Pertumbuhan
yang menyangkut penyempurnaan fungsi-fungsi tubuh sehingga mengakibatkan
perubahan-perubahan dalam perilaku, terlepas ad atau tidak adanya proses
belajar. Perubahan-perubahan perilaku karena proses pematangan ini dapat
diperhitungkan dan diperkirakan sejak semula. Misalnya, kita dapat
memperhitungkan Perkembangan seorang bayi yaitu mula-mula Ia dapat terlungkup, setelah
itu merangkak, kemudian duduk, berdiri dan akhirnya berjalan. Perkembangan ini
ditentukan oleh proses pematangan organ-organ tubuh dan terjadi pada setiap bayi
normal sehingga kita dapat memperhitungkan sebelumnya.
Belajar berarti mengubah atau mempelajari
perilaku melalui Latihan, Pengalaman, dan kontak dengan lingkungan, baik social
maupun alam sekitarnya. Pada Manusia penting sekali belajar melalui kontak
sosial agar manusia dapat hidup dalam
masyarakat dengan struktur Kebudayaan yang rumit. Ada perilaku yang ditentukan
semata-mata oleh pematangan seperti halnya dengan berjalan, ada pula perilaku
yang lebih dipengaruhi oleh proses belajar misalnya beremosi, tetapi
kebanyakkan perilaku manusia ditentukan oleh keduanya, baik melalui proses
pematangan maupun melalui proses belajar. kemampuan berbicara misalnya,
ditentukan baik oleh proses pematangan maupun oleh proses belajar. seorang anak
bias belajar bicara kalau organ-organ tubuhnya sudah matang untuk itu,
sedangkan bahasa yang digunkan untuk berbicara didapatkannya dari Mendengar dan
Meniru dari orang lain (Latihan, Belajar).
Latihan yang diberikan sebelum taraf
kematangan tertentu tercapai, tidak akan member hasil, atau paling banyak hanya
akan memberkan hasil sementara. Misalnya, seorang anak yang belum matang untuk diajar
membaca, tidak akan dapat diajari membaca. Latihan-latihan yang diberikan
terlalu awal seperti itu, kalau gagal akan lebih mengecewakan anak yang
bersangkutan. Anak yang dipaksa belajar membaca sedangkan Ia belum cukup matang
untuk itu akan mengerahkan energinya lebih banyak dari pada semestinya, dan
kalau gagal frustasinya lebih besar, disamping banyak energi terbuang percuma. Selanjutnya
akan dijelaskan Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia di mulai dari Masa Kanak –
Kanak, Masa Remaja, Masa Dewasa, dan di Masa Tua berikut ini.
Manusia
dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan
diri pada orang lain, terutama ibunya. Anak ini memerlukan waktu yang sangat
lama, sebelum ia ledpas berdiri sendiri. Seekor ayam, brgitu menetas dari
telurnya bias mencari makan sendiri,
anak itik dan bebek langsung bias berenang. Tetapi justru karena lamanya
manusia harus tergantung pada orang lain, ia punya kesempatan paling banyak
untuk mempersiapkan dirinya dalam perkembangannya sehingga pada akhirnya
perkembangan manusia adalah yang tertinggi.
Karena
manusia pertama-tama tergantung pada orang lain, maka penting sekali peranan
orang tersebut terhadap perkembangan kepribadian anak. Anak-anak yang kurang
mendapat perhatian dari orang tua kebanyakkan menjadi pemurung tidak semangat
dan daya tangkapnya kurang baik. Karena itu perkembangan kecerdasannyapun
terbelakang. Pengeruh orang tua dan lingkungan pada masa kanak-kanak ini tidak
berhenti di masa kanak-kanak saja, tetapi berlangsung terus, kadang-kadang
sampai seumur hidup, khususnya pengaruh yang berupa pengalaman-pengalaman yang
menegangkan, menakutkan, menggoncangkan, membahayakan, membosankan dan
lain-lainnya. pengaruh pengalaman masa kanak-kanak kadang tidak disengaja atau
disadari oleh orang yang bersangkutan, karena semua itu disimpan dalam alam
bawah sadarnya, tetapi dapat timbul dalam perilaku normal dan yang tidak
dimengerti oleh pelakunya sendiri. Prinsip inilah yang kemudian oleh
penganut-penganut Psikoanalisa dijadikan landasan teori untuk membongkar
kembali pengalaman-pengalaman masa silam, yang tersimpan dalam alam bawah sadar
yang pada waktu orang yang bersangkutan menjadi dewasa.
Pada
usia dua atau tiga tahun seorang anak mulai melihat kemampuan-kemampuan
tertentu pada dirinya. Sikap terhadap orang mulai berubah. Disatu pihak
membutuhkan orang tua, dilain pihak keankuannya mulai tumbuh dan ingin
mengikuti kehendak-kehendaknya sendiri. Ia sering membantah masa ini disebut
sebagai masa negativistis yang pertama, masa negativisme kedua timbul pada usia
5 dan 6 tahun, pada saat anak mulai mengenal lingkungan yang lebih luas, yaitu
teman-teman sekolah, anak-anak tetangga dan lingkungan social sekitarnya.
Pendapat
orang tuanya sekarang bukan satu-satunya pendapat yang harus diturut, karena ia
mulai mendengar pendapat-pendapat orang lain, yaitu teman-teman sekolah,
gurunya, teman-teman tetangganya, dan teman-teman sekitarnya, yang kadang
berbeda atau bertentangan dengan pendapat orang tuanya. Karena itu ia mulai
lagi suka membanta dan tidak mau menuruti kata orang tuanya. Masa negativism
kedua ini selalu ditandai dengan temper tantrum, yaitu perilaku mengamuk,
menangis, menjerit, merusak, menyerang dan menyakiti dirinya sendiri, yang
dilakukan apabila ada kehendak-kehendak yang tidak terpenuhi.
Anak dalam perkembangan kepribadiannya selalu
membutuhkan seorang tokoh identifikasi. Identifikasi berarti dorongan untuk
menjadi identik (Sama) dengan seorang lain. Pada anak biasanya tokoh yang ingin
disamai atau tokoh identifikasi adalah Ayah atau Ibunya. Dalam proses
identifikasi ini, anak mengambil alih (biasanya dengan tidak disadari oleh anak
itu sendiri), sikap-sikap, norma, nilai dan sebagainya dari tokoh identifikasi.
Jadi dalam proses identifikasi anak tidak saja ingin menjadi identik secara
lahiriah, tetapi terutama justru secara batin. Anak-anak dari keluarga yang
terpecah-belah, atau anak-anak yang Yatim Piatu tidak mempunyai tokoh
identifikasi tertentu, sehingga perkembangan kepribadiannya kurang sempurna,
mudah terpengaruh, mudah terjerumus dalam kenakalan atau kejahatan. Untuk
menghindari hal ini, sebaiknya anak-anak seperti itu diberi tokoh identifikasi
pengganti enta dari Nenek, Paman, atau dari pengasuh panti asuhan. Selain orang
tua, didalam rumah terdapat juga saudara-saudara (Kakak atau Adik). Pengaruh
terpenting dari pergaulan dengan saudaranya adalah persaingan antar saudara,
adalah wajar bila antara dua saudaranya atau lebih timbul rasa saling iri dan
selalu mau berkompetisi. Anak yang lebih tua, yang semula jadi pusat perhatian
orang tua dan memiliki seluruh kasih saying orang tua, sekarang harus
membaginya dengan adiknya yang lahir kemudian.
Pada
beberapa anak, hal ini bias menyebabkan regresi (kemunduran), misalnya anak itu
kembali mengompol (yang tadinya sudah berhenti), jadi sakit-sakitan tidak dapat
bicara lagi dan sebagainya. Karena itu, orang harus sangat bijaksana dalam
menjaga hubungan antara saudara ini. Kalau perlu dorongan-dorongan Agresif yang
ada harus disalurkan melalui permainan-permainan sehat, yaitu pertandingan,
perlombaan, tarian, dan lain-lain.
Dalam
hal hubungan antar saudara ini, ada beberapa kepribadian yang dapat timbul pada
diri seorang anak karena adanya pengaruh-mempangaruhi antara saudara itu.
Beberapa cirri kepribadian tersebut antara lain :
a.
Tanggung
jawab: sering terdapat pada anak sulung.
b.
Mudah
bergaul, bias menyenangkan orang lain : terdapat pada anak kedua atau ditengah.
c.
Manja:
Pada anak bunggsu
d.
Aktif
dalam kegiatan social: terdapat pada anak dari keluarga besar
e.
Teliti,
hati-hati dan mudah menangkap sesuatu yang baru: juga dalam keluarga besar.
f.
Isolasi,
hanya mau mengurus dirinya sendiri: pada anak dari keluarga yang terlalu besar,
sehingga tidak cukup perhatian yang diberikan kepada masing-masing anak.
g.
Tak
bertanggung jawab: juga pada keluarga yang terlalu besar.
h.
Sakit-sakitan:
merupakan usaha anak untuk menarik perhatian orang tua karena orang tua terlalu
banyak memperhatikan saudara-saudara yang lain.
Di Indonesia juga Negara-negara
berkembang dimana fasilitas perumahan masih terbatas dan amsih dianut sistem
keluarga besar (Keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, anak-anak, Nenek, Paman,
Keponakan, dll) dapat memberikan pengaruh positif atau negative terhadap
perkembangan kepribadian anak. Disatu pihak, adanya orang-orang lain di rumah
ini, menyebabkan rumah tidak pernah kosong meskipun ayah dan ibu sedang
bekerja, dan anak-anak selalu mendapat perhatian dan perawatan cukup.
Pada anak penting juga kontak social di
luar rumah, hubungan dengan kawan-kawan sebaya di luar sekolah lambat laun
menghilangkan rasa malunya. Anak menjadi lebih berani dan belajar hidup dalam
lingkungan dimana ia tidak menjadi pusat perhatian. Ia harus cukup berani
mempertahankan haknya, sebaiknya ia juga harus mau mengakui hak orang lain. Ia
pun harus bekerja sama dengan anak lain. Tingkah lakunya mulai diatur oleh
norma-norma social, misalnya peraturan sekolah mengharuskan ia memakai seragam
sekolahnya, ia harus berlaku formal dalam kelas dan sebagainya. Dalam masa ini
mulai terasa otoritas orang tua berkurang. Terutama sekali diluar lingkungan
sekolah dan diluar rumah, perlu sekali orang tua bersikap hati-hati, karena
pengaruh pergaulan disini kurang bias dikontrol atau tidak ada pengawasan guru
maupun orang tua.
Masa remaja dikenal sebagai masa yang
penuh kesukaran. Bukan saja kesukaran bagi individu yang bersangkutan, tetapi
juga bagi orang tuanya, masyarakat bahkan seringkali pada pengajar (Guru) nya.
Hal ini disebaban masa remaja merpakan masa transisi anatara masa kanak-kanak
dan masa dewasa. Masa transisi ini seringkali menghadapkan individu yang
bersangkutan kepada situasi yang membingungkan, di satu pihak ia masih
kanak-kanak, tetapi dilain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa.
Situasi-situasi yang menimbulkan konflik seperti ini, seringkali menyebabkan
perilaku-perilaku aneh, canggung dan kalau tidak control bisa menjadi
kenakalan.
Dalam usahanya untuk mencari identitas
dirinya sendiri, seorang remaja sering membantah orang tuanya karena ia mulai
punya pendapat-pendapat sendiri, cita-cita serta nilai-nilai sendiri ynag
berbeda dengan orang tuanya. Menurut pendapatnya orang tua tidak lagi dijadikan
pegangan, sebaliknya, untuk berdiri sendiri ia belum cukup kuat, karena itu ia
mudah terjerumus kedalam perkumpulan remaja dimana anggota-anggotanya adalah
teman-teman sebaya yang mempunyai persoalan yang sama dan dalam
perkumpulan-perkumpulan itu mereka bisa saling memberi dan mendapat dukungan
mental. Kalau kelompok remaja itu berbuat sesuatu, harus dalam kelompok.
Anggota-anggota kelompok macam itu jarang yang berani berbuat sesuatu secara
perorangan.
Perbedaan
pendapat dan perbedaan nilai-nilai antara remaja dan orang tua menyebabkan
remaja tidak selalu mau menurut pada orang tuanya. Karena itu masa remaja
dikenal juga sebagai Masa Negativistis Ketiga. Persoalan lain yang mengganggu
para remaja biasanya ditandai oleh kematangan seksual, dalam arti organ-organ
seksualnya sudah dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengembangkan keturunan. Pada
remaja Putri ditandai dengan Menstruasi yang pertama, sedangkan pada Pria mimpi
basah.
Perubahan-perubahan sekunder juga
terjadi, badan bertambah tinggi dan cepat. Pada anak pria suara membesar,
timbul jakun dan otot-otot mulai tumbuh. Pada anak wanita buah dada dan pinggul
membesar. Pada kedua jenis kelamin mulai tumbuh rambut pupis. Perkembangan yang
cepat menuntut penyesuaian perilaku yang cepat pula. Tetapi umumnya penyesuaian
perilaku tidak dapat mengikuti cepatnya pertumbuhan. Karena itu sering kita
jumpai para remaja tingkah laukunya serba canggung, badannya sudah besar tetapi
perbuatannya seperti anak kecil.
Dengan matangnya fungsi-fungsi seksual,
maka timbul pula dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan
seksual. Kebudayaan tidak mengizinkan hubungan seksual di luar perkawinan. Pada
hal perkawinan menuntut syarat-syarat yang berat dan bisa terpenuhi setelah
masa remaja berakhir. Karena itu para remaja mencari pemuasannya kepada
khayalan, memba buku atau memutar film pornografi. Persoalan ini kurang Nampak
pada masyarakat Desa yang perkawinan terjadi pada waktu individu-individu masih
sangat muda, atau masyarakat yang sudah sangat maju dimana dibenarkan hubungan
seksualnya sebelum pernikahan.
Menghadapi remaja, orang tua secara
bijaksana harus sedikit mengontrol demi edikit melepaskan kontrolnya, agar anak
tersebut benar-benar dapat berdiri sendiri kalau dewasa. Orang tua yang mau
mempertahankan otoritasnya meskipun anak sudah dewasa, akan menghadapi
kenyataan bahwa anak tersebut selamanya akan tetap tergantung pada orang
tuanya, tidak pernah menjadi dewasa sepenuhnya dalam kepribadiannya.
Tingkat-tingkat perkembangan dalam masa
remaja dapat dibagi denganberbagai cara. Salah satu pembagian yang dilakukan
oleh Stolz adalah sebagai berikut :
a.
Masa
Prapuber: satu atau dua tahun sebelum masa remaja yang sesunguhnya. Anak
menjadi gemuk, pertumbuhan tinggi badan terhambat sementara.
b.
Masa
Puber atau Masa Remaja: perubahan-perubahan sangat nyata dan cepat. Anak Wanita
lebih cepat memasuki masa ini dari pada Pria. Masa ini lamanya berkisar antara
2,5 – 3,5 Tahun.
c.
Masa
PostPuber: pertumbuhan yang cepat sudah berlalu, tetapi masa Nampak
perubahan-perubahan tetap berlangsung pada beberapa bagian badan.
d.
Masa
Akhir Puber: melanjutkan perkembangan sampai mencapai tanda-tanda kedewasaan.
Seluruh proses berlangsung selama 9
sampai 10 tahun. Pada anak-anak Wanita dimulai sebelum umur belasan tahun dan
pada Pemuda diakhiri pada awal dua puluhan tahun. Jelas bahwa proses ini
memakan waktu. Meskipun demikian, pada banyak bangsa atau suku bangsa, termasuk
suku bangsa-suku bangsa yang ada di Papua bahkan Indonesia, seringkali diadakan
upacara Inisiasi yaitu upacara yang mengantarkan seseorang dari alam
kanak-kanak kedalam alam dewasa, seolah-olah kedua masa itu dibatasi oleh satu
hari saja.
Tidak ada satu periodepun dalam
perkembangan yang tidak ada problemnya, demikianlah pula dengan masa dewasa.
Memasuki alam kedewasaan, seorang laki-laki harus mempersipkan diri untuk dapat
hidup dan menghidupi keluarganya. Ia harus mulai bekerja untuk mencari nafkah
dan membina karier. Kaum Wanita juga harus mempersiapkan diri untuk berumah
tangga, menjadi istri, dan menjadi seorang ibu, dimana menuntut tanggung jawab
untuk melakukan peran ini.
Didalam masyarakat pada umumnya, Pria
dan wanita mempunyai peranan yang berbeda. Laki-laki mencari nafkah agresif
dominan, sedangkan Wanita mengurusi rumah tangga, pasif dan lebih submisif.
Tingkah lakunya pun berbeda, Pria lebih Kasar dan wanita lebih halus. Perbedaan
itu ternyata tidak semata-mata disebabkan oleh factor-faktor biologis, tetapi
lebih banyak ditentukan oleh factor kebudayaan. Penyelidikan-penyelidikan oleh
Margareth Mead di Papua pada umumnya membuktikan bahwa dimana peranan Wanita
dan Pria berbeda dibandingkan masyarakat lainnya. karena menjadi contoh yang
nyata pada beberapa suku dibawah ini:
a.
Suku
Arapesh: Pria dan Wanita berfungsi sama, dengan cirri perilaku Kewanitaannya
(dalam ukuan masyarakat umum) lemah lembut, pasif, resesif dan lain-lainnya.
b.
Suku
Mundugumor: Pria dan Wanita juga berfungsi dengan cirri perilaku Kejantanan,
Kasar, agresif, dan seterusnya ynag dimasyarakat kita umumnya merupakan
perilaku Pria.
c.
Suku
Tchambuli: fungsi Pri dan Wanita berbeda, tetapi merupakan kebalikan dari pada
kebudayaan umumnya. Wanitanya lebih agresif dan merekalah yang mengatur
pekerjaan sehari-hari. Prianya lebih pasif, emosional, tugasnya menjaga
anak-anak di rumah dan selalu tergantung pada istrinya. Bahkan kalau istrinya
melahirkan, suaminyapun ikut sakit.
Dalam karier seseorang, biasanya
terjadi saat-saat prestasi orang mencapai puncaknya, untuk kemudian prestasi
itu mulai merosot lagi. Saat-saat yang paling produktif pada masa hidup
seseorang adalah berbeda-beda, tergantung pada jenis pekerjaan dan individu
yang bersangkutan. Pada pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kekuatan,
kecepatan dan kecermatan gerak (misalnya olah raga), Usia yang paling produktif
adalah sekitar usia 30-40 tahun, hal mana masih tergantung pula pada lapangan
pekerjaannya dan keadaan budayanya.
Sesuai
dengan kondisi kebudayaan dan lingkungan pula, maka pada beberapa orang
tertentu baik Pria maupun Wanita terdapat gejala khusus pada waktu Usia 40
tahun tercapai atau terlewati. Pada beberapa Pria gejala itu Nampak seperti
perilaku remaja kembali (senang bersolek, jatuh cinta lagi, pemarah, emosional)
sehingga oleh orang awam Pria seperti ini dijuluki remaja kedua. Pada Wanita
kelihatan depresi (murung) cepat marah biasanya diikuti perasaan cemas karena
khawatir akan hilang Kasih Sayang anaknya yang mulai dewasa, Kasih Sayang
Suami, dan kehilangan identitas Kewanitaan (menopause). Semua ini menunjukkan
bahwa usia 40 tahunan, sering disebut usia pertengahan atau usia setengah baya
merupakan krisis bagi sebagian orang dalam hidup. Akan tetapi, sebagaimana
halnya dengan krisis, masa remaja, hanya satu dua orang saja yang tidak dapat
melampaui dengan baik. Sebagian besar orang pada umumnya dapat mengatasi
masalah-masalah pada periode krisis ini.
Problem utama pada orang tua adalah
rasa kesepian dan kesendirian. Mereka sudah biasa melewatkan hari-harinya
dengan kesibukan-kesibukan pekerjaan yang sekaligus juga merupakan pegangan
hidup dan dapat memberikan rasa aman dan rasa harga diri. Pada saat pension,
hilanglah kesibukan, sekaligus mulai tidak diperlukan lagi. Bertepatan dengan
itu, anak-anak mulai menikah dan meninggalkan rumah. Badan mulai lemah dan
tidak memungkinkan untuk bepergian jauh. Sebagai akibatnya, semangat mulai
menurun, mudah dihinggapi penyakit dan segera akan mengalami kemunduran-kemunduran
mental. Hal ini disebabkan oleh mundurnya fungsi-fungsi otak, seperti sering
lupa, daya kensentrasi berkurang, yang juga disebut kemunduran senile.
Karena umumnya pada waktu masa pension
tiba, orang yang bersangkutan masih cukup kuat, maka harus diusahakan agar
kesibukan-kesibukannya tidak terhenti dengan tiba-tiba. Beberapa cara untuk
menghindari penghentian kegiatan secara mendadak antara lain:
a.
Memberikan
masa bebas tugas sebelum pension.
b.
Memberikan
pekerjaan yang lebih ringan sebelum pensiun.
c.
Mencari pekerjaan lain dalam masa pension.
d.
Melakukan
kegiatan-kegiatan yang bersifat kegemaran dalam pension tersebut.
Agomagapuyee, 10
Juni 2014
By Agapa Herman